le voyage

le voyage
Seize every single precious moments in my little gallery, "Le Voyage"

Minggu, 20 November 2016

Catatan 2016: Backpack to Bangka (2)

Hari kedua di tanah Bangka, 14 Mei 2016.
Ibu kak anggi sudah mengajakku untuk menemaninya ke pasar. Aku dipersilahkan menunjuk seafood apapun yang aku mau. Baru pertama kali ini ya, aku datang ke pasar tradisional yang hampir 90% komoditi yang dijual adalah hasil tangkapan laut. Sedangkan sangat seikit kios yang menjual daging ayam atau sapi, mungkin hanya sekitar satu atau dua kios. Kata kak anggi, kondisi seperti ini membuat reaksi masyarakat Bangka yang adem ayem kalau harga daging sapi dan ayam naik suatu saat. Aku takjub melihat banyak jenis ikan yang jarang ditemukan di Pulau Jawa, God bless you, Indonesia. Ini ikan - ikan belum tentu bisa ditemukan kalau nanti aku sekolah di Eropa atau Amerika. Mugkin juga sih ada, tapi harganya pasti selangit dan sebaiknya tidak dibeli oleh seorang mahasiswa yang sedang merantau ke luar negeri.


Akhirnya aku memilih siput gonggong untuk disajikan saat makan malam siang hari ini. Tidak seperti siput pada umumnya, siput gonggong ini cangkakngnya lebih kecil dan hanya memiliki satu antena. Lucu deh cara makannya. Jadi siput dicuci, kemudian direbus tapi jangan lama - lama. Kalau terlalu lama direbus, nanti dagingnya jadi keras. Selesai direbus, voila! Langsung saja dimakan bersama saus sambal atau tomat. Dapat dipastikan saya bertambah gendut setelah pulang dari Bangka.
Setelah makan siang, saya diajak ke tempat bekas pertambangan timah, pantai Parai, dan Puri Tri Agung. Cukup menyeramkan saat sampai di tempat pertambangan. Penggalian tanah hingga belasan kilometer ke dalam Bumi berisiko menimbulkan tanah longsor sewaktu - waktu. Tidak lama kami berdiam di pertambangan timah, perjalanan kami lanjutkan ke pantai Parai, salah satu destinasi wisata terkenal di Bangka. Sepanjang perjalanan aku tidak menemukan macet, vegetasi di kanan kiri masih ditumbuhi semak belukar serta perdu, bangunan - bangunan bertingkat pun juga jarang ditemui. Untuk dapat akses masuk ke Pantai Parai, sebenarnya membutuhkan akses khusus dari dalam hotel. Tapi entah bagaimana caranya kakak ipar kak anggi membuat kami dapat masuk ke dalam secara gratis. Girangnya bukan main, akhirnya kami bisa main di pantai! katanya aku kurang beruntung hari ini karena cuaca Bangka yang mendung. Sebagai seseorang pecinta pantai, Aku tidak mempermasalahkan hal tersebut. Mendengar suara ombak dan melihat ekosistem yang terjaga apik di pantai tersebut, sudah cukup membuatku bahagia. Hahahahaha receh kan ya membuatku bahagia? Diajak main ke pantai sambil bawa sangu semangka saja sudah senang.


Sebelum pulang, kami mampir sebentar ke Puri tempat ibadaha umat Budha. Senang sekali ya, tenggang rasa antar umat beragama di pulau ini membuat setiap orang yang tinggal merasa aman dan nyaman. Di Puri ini aku boleh melihat - lihat ke dalam, hanya saja tidak melewati batas - batas suci yang sudah diberi tanda, biasanaya terletak di dekat patung dewa. Puri Tri agung terletak di atas tebing, pemandangan tangga utama pun langsung menghadap laut serta pantai Tikus. Angin sepoi - sepoi membuatkami semakin enggan untuk kembali ke rumah. Tak lama kemudian suara gluduk bergemuruh, pertanda hujan lebat akan terjadi. Yuk, mari segerakan pulang ke rumah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar