Masih April 2016.
Bulan spesial yayay.
Jumat, kami semua bersitirahat setelah melalui trip yang cukup menyita waktu dan tenaga kemarin. Hari yang bermula penuh dengan kedamaian, berubah menjadi penuh drama saat saing menjelang. Entah apa yang salah di kepala ndoy, dia dengan tegas melarang kami untuk ke Madura, Well, padahal aku sudah janjian dengan keluarga di Madura untuk akan berkunjung ke sana hari Sabtu. Sepertinya, pacar temanku yang satu itu sudah punya firasat yang kurang baik, tetapi bingung bagaimana cara menjelaskannya. Dengan segala usaha diskusi serta tawar - menawar, akhirnya kami memutuskan untuk batal ke Gili Labak dan merubah destinasi ke Pacitan. We still want the beaches, please. Kesepakatan telah didapat, semua bersemangat dan siap untuk berangkat malam ini juga, sehingga pantai - pantai Pacitan dapat kita babat habis dalam waktu satu hari, 16 April 2016. Namun, seperti yang aku katakan di awal cerita, terlalu bahagia akan membuat sedih merasa iri karena seolah kita lupa bahagia dan sedih adalah sepasang teman yang tidak bisa terpisahkan. Ibun harus pulang ke Kutoarjo, ada panggilan mendadak dari orang tua dan dota tidak dapat izin dari ndoy. Oh Lord, what else... berat hati sungguh, dua dari kami bertujuh ternyata harus memilih keputusan yang lain. Lebih mengkhawatirkan lagi, tidak ada satupun laki - laki yang menemani kami selama perjalanan. Ya memang supir yang kami sewa adalah seorang laki - laki, tapi kami baru kenal, bagaimana kalau dia ini? dia itu? begini? kalau begitu? Setumpuk pertanyaan khawatir mengiringi keberangkatan kami, lima cewek single yang belum pernah ke pacitan, malam jumat itu.
.
.
.
.
Terimakasih Tuhan, ternyata Engkau masih melimpahkan cinta-Mu untuk kami. Supir yang kami sewa bernama mas Arya, orangnya cukup baik, tante Windra meminjamkan salah satu mobil untuk kami, dan jalanan super lancar! berangkat jam 22.00 sampai di pantai Klayar, Pacitan jam 08.00. Berbagai kalimat pujian untuk Tuhan senantiasa kami ucapkan karena semua keindahan alam yang masih dapat kami saksikan di usia yang cukup muda. Pantai Klayar tergolong pantai yang cukup landai dan unik karena terkadang akan terlihat seruling samudra. ya, itu salah satu fenomena ketika momen ombak menabrak batu karang, sehingga air terpantul ke arah vertkal membentuk seruling yang tingginya hampir 3 meter lebih. Pemandangan pantai di sisi lain juga bisa dinikmati dari atas bukit hijau di sebelah timur. Kolom - kolom pantai hasil pengikisan air laut terlihat rapih, bahkan belum tersentuh tangan - tanga manusia.
Destinasi berikutnya adalah pantai Buyutan. Tidak ada yang mengira ternyata pantainya sangat indah. Seperti surga ditengah hiruk - pikuk Bumi. Walaupun pantainya tidak landai, tetapi pasirnya yang putih sekaligus hangat telah menutup semua kekurangan. Mungkin karena track ke sana yang tidak terlalu bagus, jadi tidak banyak orang yang berkunjung ke sini. Belum lagi karena terletak di daerah terpencil, pantai Buyutan tidak ada sinyal. Yes, cocok untuk menghabiskan waktu bersama dengan orang tersayang di sini karena minim disturbansi dari ponsel. Waktu sudah menunjukkan lebih dari tengah hari, kami pun juga telah puas foto dengan berbagai macam angle.
Pantai ketiga pada destinasi kami adalah Banyu Tibo. Berdasarkan beberapa website yang telah kami baca sebelumnya, pantai ini digolongkan menjadi salah satu yang paling fenomenal karena ada air terjun di pantai yang berasal dari sebuah mata air. Namun, di sini kami kurang beruntung karena pantainya terlalu banyak pengunjung jadi tidak dapat dinikmati secara maksimal. Tidak lama kemudian, kami langsung bertolak pulang, tetapi berkunjung terlebih dahulu ke sebuah restoran sate ponorogo. For a satay lover, this food is a must try. It is different with the common one (maduranese satay)". Terimakasih banyak buat mas Arya, yang telah sabar memenuhi permintaan kami mengunjungi beberapa pantai dan menyetir dengan sangat hati - hati saat tahu kalau sandika mengalami mabuk darat karena jalanannya yang seperti ulir paku. Bahkan kami sudah melewati batas waktu rental, tetapi tidak dikenakan biaya tambahan, that's my main point!
.
.
Hari minggu yang cerah, saya masih sangat malas untuk bangun dari tempat tidur, sedangkan fella dan gina sudah berangkat beribadah ke gereja dekat apartemen. Hari ini, kami diminta dota untuk ikut meramaikan acara ulang tahun adiknya di hotel......aku lupa namanya, yang pasti letaknya dekat dengan taman bungkul, Surabaya. Berbeda dengan hari - hari sebelumnya, khusus hari ini kami menggunakan transportasi umum untuk pergi ke tempat tujuan. Alhamdulillah, penumpangnya tidak terlalu banyak jadi tempat duduk di bis kota masih banyak yang lowong. Sebelum menuju hotel, kami para bolanger mendadak yang masih belum puas menjelajah kota Surabaya, mampir sebentar ke Surabaya North Quay. Kesan pertamaku, "Where have I been? Since when my city has changed like this? Pelabuhan Surabaya naha jadi keren begini? terheran - teheran. Tempatnya bersih, rapih, dan kalau kata anak muda kekinian, instagramable. Yang paling bikin terpukau adalah pemandangan langit sore dari anjungan pelabuhan, sekaligus patung Jalesveva Jayamahe yang dengan gagah berdiri di dekat jembatan Suramadu. Tidak sadar, aku menyeletuk di dalam hati andai saja aku bisa berdiri di dekat patung tersebut. Itu salah satu icon Surabaya yang tidak semua orang bisa masuk ke dalam karena terletak di dalam restricted area, ya area militer TNI angkatan laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar