le voyage

le voyage
Seize every single precious moments in my little gallery, "Le Voyage"

Sabtu, 19 November 2016

Catatan 2016: Backpack to Bangka (1)

Masih di bulan Mei.
Khusus tulisan ini, aku dedikasikan untuk kisah perjalan mengunjungi saudara seperlilian yang tinggal di tanah Bangka. 13-16 Mei aku di sana dan tidak memberi kabar kepada siapapun.
.
.
Selamat pagi dari Bangka!
Banyak orang kaget ketika aku berkoar akan berangkat ke Bangka sendiri, bahkan mungkin ada di antara mereka yang berpikir kalau aku sudah kelewat stress karena sebulan setelah wisuda masih belum dapat kerja, masih jalan sana-sini kerjaannya. Dengan modal basmalah dan uang tabungan, aku membulatkan tekad untuk terbang memenuhi janji ke salah satu sahabatku, kak Anggi. Seharusnya saya sudah ke Bangka kemarin Maret, bertepatan dengan gerhana matahari. Akan tetapi, saya harus menunaikan ibadah sidang akhir sarjana yang tentu tidak bisa ditolak karena hanya akan berlangsung sekali seumur hidup. 
Aku berangkat dari cengkareng jam 10 pagi wib, maka dari itu aku harus bersiap di bandara setidaknya pukul 8 pagi. Sebenarnya, bukan karena aku tidak memberi tahu orang tua yg membuat ku khawatir, No no no, tetapi karena aku membawa sampel tanaman lili ke pesawat ! ini perjalanan tergila seumur hidup menurutku. Sudah paling takut sebenarnya ketika melewati pemeriksaan x-ray dan diapatkan ada sample tanaman hidup di dalam tasku. Selama di travel menuju bandara, aku sudah berlatih puluhan alasan apabila skenario itu terjadi. Aku sangat gugup. Berangkat dari bandung pukul 03.00 dan sampai lebih cepat dari jadwal, yaitu 07.00. Yes, aku masih memiliki banyak waktu untuk berlatih silat lidah. Sebelum berangkat pun sebenarnya aku juga telah melakukan langkah preventif, yaitu dengan membungkus botol kultur tanaman dengan kertas koran 3 lapis, kemudian dimasukkan ke dalam kardus yang dibungkus kertas kado tiga lapis juga. Aku juga tidak lupa memberi pita di atas kardus supaya terlihat seperti bingkisan kado pada umumnya. "Well, a month as a bachelor and I just did a crime (?)"  Sebenarnya kalau dilihat - lihat lagi nggak terlalu kriminal kok, kan itu tanamannya memang tanaman yang aku tanam sendiri, bahkan induk dari tanaman tersebut aku beli menggunakan uangku. Aku membawa tanaman itu ke Bangka juga untuk kepentingan pembelajaran mahasiswa yang diajar oleh sahabatku ini. Ya, sahabatku salah satu dosen di univeristas negeri di Kepulauan Banga Belitung. Begitulah pembelaan diri yang selelu aku ulang di dalam otak, just in case
Sampai dicengkareng ternyata pesawat dikenakan delay satu jam, sehingga makin membuatku deg-degan mampus. Sliweran di bandara cengkareng pun tidak membuatku tenang karena di sisi lain aku takut berpapasan dengan salah satu anggota keluarga yang mengenalku, yang kemungkinan besar akan menyapa, "Ria mau ke mana?". Pasti berikutnya akan dilanjut dengan pembicaraan dengan orang tuaku. Serba salah, itu situasiku sekarang dan berusaha untuk tidak melakukan aktivitas yang menarik perhatian. Itulah mengapa aku lebih memilih untuk diam agak lama di KFC sebrang terminal atau duduk - duduk di bangku yang membelakangi jalan utama. Gelagat kriminal banget sih sebenarnya :') da mau gimana lagi atuh. Waktu yang dipersilahkan untuk check-in pun akhirnya tiba, sekitar pukul 09.00 aku masuk ke pintu masuk. Mesin x-ray terlihat menakukan saat itu, tanganku dingin, pandanganku hanya fokus ke depan dan ke tas yang berisi botol kultur tanaman. Setelah aku melewati gerbang x-ray manusia, YES! tasku lolos dan tidak ada satupun petugas yang mencegahku. Aku melenggang, aku tidak lagi "kriminal" hahahahahaha.
Di ruang tunggu, aku mendapat kompensasi kue karena keterlambatan pesawat. Hari itu cukup ramai dan sepertinya hampir semua yang didalam ruangan tersebut merupakan penumpang citilink karena mereka membawa kotak kue yang sama sepertiku. Aku memilih salah satu tempat duduk kosong sambil menikmati playlist favorit dari ponsel, mencoba melepas ketegangan. Cukup lama aku menunggu hingga waktu boarding, sekitar dua jam. Sempat beberapa kali juga mengistirahatkan telinga dengan melepas headphone sejanak dari telinga. Beberapa logat asing yang berasal dari orang di depanku tidak sengaja tertangkap oleh gendang telingaku. Aku berusaha mencari tahu apa yang dia katakan dengan lawan bicaranya, tetapi tidak satupun kosa kata yang aku ketahui.......... You'll be allright yay, keep calm. Kurang lebih pukul 11, para penumpang dipersilahkan masuk ke dalam pesawat. Aku mendengar pengumuman tersebut, akan tetapi headphone-ku masih menggantung di telinga sampai aku duduk di passenger seat. Aku mulai mematikan telepon genggam dan kaget. "Waduh, ni orang - orang ngomong apaan yak. ga ngerti sama sekali .__." Mari kita mengheningkan cipta sejenak sampai pesawat kembali mendarat.
.
.
Dua jam kemudian, aku mendarat di bandara Pangkal Pinang. Cukup kaget karena baru pertama kali melihat bandara berukuran kecil dengan langit - langit yang rendah. Bahkan rail untuk mengambil bagasi pun hanya ada dua, begitu pula gate boarding-nya.  I'm seriously out of Java right now. Setelah memastikan baraang yang dibagasi sudah lengkap, saya keluar dan mencari wajah kak Anggi. Pertemananku dengan kak anggi dimulai dari lab. mikroteknik, sith ITB. Kami memiliki beberapa kesamaan yang krusial dalam dunia riset: dosen pembimbing, topik, spesies tanaman, dan hasil akhir. Bagaimana tidak kami sering berdiskusi, berkeluh kesah tentang sampel tanaman yang susah ditemukan, kultur tanaman yang ditumbuhan jamur, atau sekedar di mana tempat beli alkohol. Bahkan ketika sedang sama - sama dikejar deadline pengambilan data, kami sering berebut laminar. Belum lagi perihal kebersihan lab, kakak yang satu ini berperan sebagai polisi yang siap siaga memberi tilang kalau ada yang tidak pada tempatnya. Interaksi kami berbincang semakin sering ketika aku menunjukkan beberapa tempat kuliner unik di Bandung yang belum dia kunjungi, jadi jangan salahkan kalau aku sering ngeledekin dia, "ah, kak anggi katrok" hahahahahaha. Awalnya kami memiliki keinginan yang sama untuk lulus bulan Oktober 2015, tetapi Tuhan berkata lain. Kak Anggi harus lebih dulu menyelesaikan studinya. Jujur waktu itu aku sedih pada bulan tersebut karena banyak teman - teman dekat ku telah menyelesaikan tugas akhir, kak anggi adalah salah satunya. 
Dari bandara, aku harus ikut kak anggi ke kampus terlebih dahulu karena dia harus mengisi sebuah praktikum siang. Tanah Universitas Bangka Belitung, tempat kak anggi mengajar, sangat luas. Wajib pakai motor kalau ada perlu ke gedung lain, pepohonannya juga masih jarang karena kampus ini tergolong kampus baru. Masuk ke ruangannya kak anggi, berkenalan dengan beberapa asisten dosen, langsung aku meminta tanpa sungkan untuk tidur di bagian belakang ruangan. Beruntung kak meja kerja kak anggi ini belum pindah ke ruang dosen yang seharusnya. Rasanya badan capek semua, setelah seharian belum tidur. Yang lalu biarlah berlalu, yang penting aku sudah memenuhi janjiku dan disambut dengan sangat ramah sesampai di rumah kak anggi.


Aku lupa kak anggi berapa bersaudara, yang pasti dia tinggal di Sungai Liat bersama ibu, bapak, kakak, dan keponakan. Aku bersyuur mengenal keluarga yang cukup hangat seperti keluarga kak anggi. Setiap hari aku disuguhi menu makanan laut!  Krupuk ikan buatan ibu kak anggi, bikin mulut rasanya ingin terus mengunyah, rasa lautnya semakin kuat ketika dicampur dengan rusip. Hari itu aku tidur cepat supaya cepat menyembuhkan rasa capai di badan yang masih tersisa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar