Pertanyaannya :
Kalau ternyata Erythrina-baik-hati tidak mati, gimana? Gimana Kalau di cuman dorman? Gimana kalau saat ini memang dia jadi supplier nutrisi ke teman-temannya? Lalu, lalu, lalu. . . terlalu banyak pertanyaan di pikiran saya yang masih tidak paham kenapa Erythrina-baik-hati itu ditebang. Sekedar karena estetika? Menurut saya, kurang bijaksana.
Benar kata pak Intan, "Kebanyakan orang sekarang melihat sesuatu itu secara physically, bukan dari dalamnya, lebih tepatnya secara biologis". Pohon juga makhluk hidup. Butuh bertahun-tahun untuk menumbuhkan setiap centimeter batang maupun daun. Mereka juga nangis tiap disakiti dan senang jika dirawat. Yang jelas mereka punya perasaan, seperti halnya manusia. Alangkah bijaknya jika pihak sarpras yang punya wewenang menata pepohonan di ITB meminta anjuran dulu kepada ahli botani di ITB, ada banyak kan? Sebagai salah satu biologist in progress, saya jadi merasa kurang berhasil.
Erythrina-baik-hati, maaf saya belum bisa manjaga anda dengan sebaik-baiknya, ya. Semoga kamu tenang di sisiNya dan jasa muliamu tidak akan pernah saya lupakan :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar